gbr ilustrasi
*FULUS UNTUK BULUS BERJUBAH BISA BIKIN MULUS*
👵👰👮👸👿👲👳😎
*JK Terkecoh? Sumbang Miliaran Ternyata Pesantren Radikal*
Seperti yang sudah kita ketahui, isu yang sedang hangat saat ini soal dugaan teroris dan turunannya, seperti kelompok ekstremis, fundamentalis, radikalis dan sejenis. Kemudian sampai akhirnya melebar ke lembaga yang terhubung dengan para terduga teroris salah satunya di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kemudian MUI lembaga yang dibentuk di masa Orba era rezim Soeharto untuk alat kelanggengan kekuasaannya saat itu, akhirnya mendapat kecaman dari sana sini. Bahkan ada yang menggaungkan pembubaran MUI. Bahkan alm. Gus Dur pernah mewacanakan.
Sampai akhirnya MUI Jakarta yang diketuai Munahar Muchtar bersikap dengan mewacanakan membentuk cyber army untuk bela Ulama-Anies dengan tujuan menangkal berita hoax tentang Ulama, memberitakan hal positif soal Anies dan lain sebagainya.
*Lantas publik pun bertanya apakah itu ada gandeng rentengnya dengan Dana Hibah dari pemerintah daerah DKI Jakarta untuk MUI Jakarta yang sebesar 10,6 miliar? Diketahui besarnya 5 kali lipat dibanding Dana Hibah yang didapat untuk PWNU maupun Muhammadiyah.*
*Sudah pasti masyarakat tahu, bila Dana Hibah itu duit mereka karena berasal dari APBD DKI Jakarta. Artinya MUI secara norma sudah bertindak dengan cara mengistimewakan Anies. Ini bisa menjadi perseden buruk. MUI seluruh Indonesia bisa menduplikasi cara MUI DKI Jakarta. Sebagai alat untuk menggebuk rakyat yang kritis pada kepala daerahnya. Kalau soal tangkal berita hoax yang dipermasalahkan MUI Jakarta itu hanya alasan pembenaran saja. Konon fulus memang bisa bikin mulus.*
Kok bisa duplikasi? Oke, sederhananya begini, MUI daerah akan memiliki bergaining kuat berdasar kejadian di DKI Jakarta. Lalu bicara pada kepala daerahnya sambil kerlingkan mata genit agar Dana Hibah proporsinya seperti MUI Jakarta maka mendapat fasilitas yang sama yaitu menjadi penjaga setianya. Begitu kira-kira.
Penulis sendiri ada beberapa rekan dan kolega yang berkecimpung di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dengan benderanya tersebut dijadikan alat daya tawar dan sebagai profesi. Dan itu sudah menjadi rahasia umum.
Soal radikal dan teroris ini memang tak ada habisnya untuk dibahas di negeri kita. Selama kelompok Wahabi yang berhaluan ekstremis juga Salafi dengan haluan yang sama masih bebas bercokol dan tumbuh maka tak akan pernah usai kegaduhan kita. Seperti yang disampaikan oleh KH Said Agil Siradj Ketua Umum PBNU. Kata beliau, Wahabi dan Salafi itu pintu masuk teroris.
*Bahkan jauh sebelumnya mantan Presiden ke-4 Alm. KH Abudurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 2007 pernah menyatakan dalam sebuah diskusi, kata beliau _"MUI itu penyebab munculnya fundamentalis dan radikalis."_*
*Bagi kelompok teroris tak ada kamus toleransi kepada sesama. Bagi mereka apa itu Pancasila dan UUD 45? Apalagi Bhineka Tinggal Ika. Mereka hanya kenal hitam dan putih. Bagi yang tak sepaham dianggap musuh. Mudah sebut kafir, bid'ah dan lain sebagainya. Dan akhirnya koloni mereka disebut kaum fundamentalis.*
*Nah, disinyalir mereka sudah masuk di sendi-sendi dasar kehidupan masyarakat kita. Melalui yayasan, pondok pesantren, sumbangan, pengajian, komunitas, ormas dan lain sebagainya. Dan yang mengerikan adalah jika mereka sudah masuk melalui institusi baik aparat dan pemerintahan.*
*Seperti yang dijelaskan oleh mantan Ketua Badan Intelejen Negara (BIN) yang diakui dunia sebagai Professor filsafat intelejen pertama di dunia yaitu AM Hendropriyono, mereka masuk dengan memilih sosok atau figure yang bisa dijadikan boneka atau alat perjuangan.*
Artinya begini, kelompok mereka akan memilih figure yang secara umum disukai oleh masyarakat karena dipandang memiliki sisi nasionalisme akan tetapi sisi yang lain si figure bisa naik karena dukungan kelompok fundamentalis.
Maka jika figure ini bisa meraih jabatan maka ia akan cenderung mementingkan kelompok atau para penjaga yang telah mendukungnya tersebut. Seraya kelompok ini akan terus menyusun dan menguasai semua lini secara perlahan-lahan.
Nah, siapa kira-kira sosok yang mereka dukung di pemilihan presiden 2024? Di sanalah koloni ini akan berkumpul. Dan saya rasa untuk sosok atau figure pilihan mereka saat ini mudah ditebak. Mengkerucut ke satu nama yang terkuat dibandingkan sosok lainnya yaitu Anies Baswedan.
Selain didukung kelompok fundamentalis, Anies ini diketahui sangat dekat dengan Jusuf Kalla mantan Wapres SBY dan Jokowi. Dan sebetulnya tak hanya Anies ada satu lagi yang dekat dengan JK yaitu Ridwan Kamil, Gubernur Jabar. Tapi jika dibandingkan Anies memang Emil masih kalah soal kedekatan.
Jusuf Kalla memang sangat lihai memainkan perannya. Figure nasional yang terbilang sangat kuat memperoleh jaringan dari lintas partai, ormas, komunitas dan lain sebagainya. Tak hanya dalam negeri tapi juga di luar negeri. Jusuf Kalla dari Partai Golkar kemudian ia juga bisa berbaur dan masuk ke Nahdatul Ulama (NU) ormas keagamaan terbesar di Indonesia.
*Dan di sisi yang lain Jusuf Kalla juga bisa masuk ke kelompok-kelompok garis keras. Di kelompok ini JK diterima dengan sangat baik. Taliban di Afghanistan juga diketahui memiliki hubungan yang erat dengan JK.*
Saya rasa tak mudah bagi tokoh nasional lainnya saat ini yang dapat meniru cara JK. Pandai merangkul dan masuk ke semua lini.
Jadi jangan heran jika JK lebih menyukai Anies dan Emil jika dibandingkan dengan figure yang lainnya. Sebab keduanya tak terikat dengan aturan partai. Mereka berdua independen.
Selain di jalur politik, JK juga kuat di jaringan bisnis. Ia dikenal sebagai saudagar dari Bugis. Justru melalui jaringan bisnisnya yang menggurita inilah modal awal nyemplung di ranah politik.
*Maka tidak heran jika Gibran putra sulung Jokowi pernah berkata, _"Seorang pengusaha lebih mudah menjadi seorang politikus dari pada seorang politikus yang menjadi seorang pengusaha."_ Figure seperti Bapaknya sendiri dan Jusuf Kalla adalah bukti nyata yang sama-sama berangkat dari seorang pengusaha.*
*Sepak terjang JK memang menarik untuk dikulik. Meski ia berkali-kali lakukan kontroversi sejak era SBY. Di masa SBY bahkan mendapat julukan, _"The real President"_. Tapi saat menjadi wakil Jokowi julukan itu tak berlaku. Jokowi mungkin sudah belajar dari masa sebelumnya.*
*Meski JK telah memasuki usia lanjut 79 tahun, tapi manuver-manuvernya cukup membuat situasi politik nasional bisa dibuatnya hangat. Melalui kemampuan lobinya ia mampu mempengaruhi tokoh-tokoh politik sekelas Ketua Umum Partai. Anies adalah salah satu hasil produknya.*
*Nah, baru-baru ini ada kabar yang kurang sedap menimpa Jusuf Kalla seiring tertangkapnya terduga teroris Ahmad An Najah, Farid Okbah dan Anung Al Hamat oleh Densus 88. Ketiganya didakwa oleh Polri memberi kontribusi kepada kelompok teroris selama ini melalui jalan "Pendanaan" dan ketiganya terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara bila terbukti terlibat dalam pendanaan terorisme.*
*Adapun kabar yang menimpa Jusuf Kalla tersebut keluar dari mulut Ken Setiawan. Ken Setiawan adalah mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) dan sekarang Ketua NII Crisis Center, mengatakan, Jusuf Kalla katanya pernah menyumbang hingga miliaran rupiah kepada salah satu pesantren yang terpapar paham radikalisme di salah satu wilayah di Indonesia.*
Hal itu dikemukakan Ken Setiawan dalam jaringan televisi channel Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) Media, Jakarta, Minggu, 21 Nopember 2021. *Dan berikut pernyataan Ken Setiawan.* Tapi sayangnya beritanya susah diakses. Berikut pernyataanya. Sumber.
*_“Banyak elit kita terkecoh atas kegiatan para pihak yang terpapar paham radikalisme dan terorisme, termasuk di antanya Jusuf Kalla. Karena setelah itu, diketahui pesantren dimaksud terbukti anti Pancasila, penyebar paham radikalisme. Kita semua diharapkan mesti bisa meningkatkan kewaspadaan tinggi,”_* ujar Ken Setiawan.
*Jika benar apa yang yang disampaikan oleh Ken Setiawan, apakah Jusuf Kalla bisa disebut sebagai bagian dari pendanaan teroris? Rasanya tidaklah demikian. Terlalu premature untuk menyimpulkan. Apalagi bahasa Ken Setiawan ada kata _"Terkecoh"._*
*Benar dan tidaknya tapi cukup menarik. Saya mencoba riset sosok ini. Ternyata Ken Setiawan memiliki latar belakang yang tidak main-main, mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII). Tentu sangat hapal betul jaringan mereka. Memang di sini Ken Setiawan tidak mengatakan nama pondok pesantren yang dimaksudkan. Akan tetapi penyebutan Jusuf Kalla pernah menyumbang miliaran rupiah ini sebuah tuduhan yang serius dan tak sembarangan.*
*Jika kita mencoba sedikit tengok kiprah dan perjalanan Jusuf Kalla selama ini, memang terdapat benang merah. Hanya sosok JK memang dekat dengan semua golongan.*
*Jusuf Kalla dekat kepada siapa saja termasuk kelompok-kelompok yang dipandang ekstremis oleh publik. Dan Jusuf Kalla juga yang memiliki peran besar menghantarkan Anies Baswedan menduduki kursi Balai Kota dari sang petahana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok melalui proses Pilgub yang brutal dan ekstrim.*
*Peran Jusuf Kalla terhadap Anies memang banyak di belakang layar. Sedang yang di lapangan seperti yang masyarakat ketahui dibantu ormas-ormas, yang saat ini sudah masuk keranjang sampah negeri sebagai ormas terlarang yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) dan juga ormas lainnya yang berafiliasi dengan mereka.*
*Kedekatan Anies Baswedan dengan salah satu terduga teroris yang telah ditangkap Densus 88 yaitu Farid Okbah juga tak bisa dibantah. Farid sendiri diduga terlibat sebagai tim sepuh atau Dewan Syuro JI. Farid diduga menduduki jabatan di yayasan amal milik Jamaah Islamiah, Lembaga Amal Zakat Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf.*
*Sementara itu Zain An Najah berperan sebagai Dewan Syuro kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI). Zain An Najah juga diduga merupakan Ketua Dewan Syariah Lembaga Amal Zakat Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf (LAZ BM ABA).*
*Jadi terduga teroris di atas sudah jelas memiliki dan mengelola lembaga amal atau dengan kata lain wadah untuk sumbang menyumbang bagi kepentingan mereka.*
*Jadi, timbul pertanyaan besar kita jika benar yang sampaikan mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan, kira-kira disumbangkan kemana uang miliaran Jusuf Kalla tersebut? Apakah hanya sekedar kabar hoax saja?*
*Dan JK hanya dimanfaatkan dan terkecoh seperti yang Ken Setiawan sampaikan. Misteri. Semisteri beritanya di google.*
Bagaimana menurut Anda?
Demikian, salam
Anto Cahaya - Seword
RN
***
*MUI DKI Halalkan Buzzer? Ibarat Taliban Halalkan Opium!!*
Jaya Wijaya - Seword
*Kalau sudah berbicara kepentingan dan kekuasaan, maka yang haram sekalipun bisa menjadi halal. Dua contoh yang menggambarkan hal tersebut adalah bagaimana saat MUI DKI menghalalkan buzzer yang sebelumnya kegiatannya sudah dicap haram oleh MUI pusat. Satu contoh lain adalah soal Opium yang dihalalkan dan menjadi bisnis utama Taliban, padahal awalnya ini dianggap haram ketika kelompok Mujahid yang berkuasa.*
*Yang lebih aneh lagi, mereka-mereka yang kemarin-kemarin teriak soal buzzer karena kalah adu opini di media sosial, kini kalau tidak diam malah berbalik mendukung. Silakan teman-teman googling soal parpol menanggapi buzzer ketika beberapa bulan lalu, dan bandingkan dengan saat mereka menanggapi cyber kremi MUI DKI. Maka pembaca akan melihat banyak yang tidak konsisten.*
*Eits, jangan marah disamakan dengan Taliban ya. Karena menurut JK dan para kadrun pendukung Taliban, kan sekarang Taliban sudah damai dan moderat. Taliban juga dianggap sebagai pahlawan umat muslim mengalahkan kafir Amerika. Jadi sangat aneh kalau sampai marah disamakan dengan kelompok _"hebat"_ seperti Taliban.*
*Kalau para politisi sih tidak akan malu ya menjilat ludah sendiri, termasuk Anwar Abbas yang memang merupakan penerus Tengku Zulkarnain. Tapi bagaimana dengan mereka-mereka yang selalu mempromosikan diri sebagai orang netral, contohnya Sudjiwo Tedjo? Perasaan kemarin-kemarin cerewet amat komentar soal buzzer? Sampai hampir dikutip semua media pernyataannya di media sosial.*
*Kok sekarang suaranya tidak terdengar ya? Ada apa dengan Sudjiwo Tedjo, kok suaranya tidak sekeras kemarin-kemarin soal buzzer ya? Bagaimana bangsa kita mau dihargai, kalau orang yang merasa netral seperti si Tedjo ini saja ternyata tidak ada netral-netral nya sama sekali.*
*Kalau penulis sih sudah tahu kalau Sudjiwo Tedjo ini bukan orang netral, beliau berani bersumpah demi ibu loh untuk mendukung JK pada 2009. Bagaimana nasib mereka yang percaya kalau si Tedjo ini netral ya? Kasihan sekali hidup di bawah bayang-bayang kebohongan si Tedjo ini.*
*Penulis teringat ketika si Tedjo dengan gagahnya menasehati Budiman Sudjatmiko soal netralitas. Dengan lantang di Indonesia Lawyer Club Tedjo berkata:*
*Orang-orang yang di atas angin itu adalah orang yang netral seperti saya dan Haris Azhar. Mohon maaf Budiman Sudjatmiko anda belum netral.*
*Demikian kurang lebih ucapan si Tedjo. Penulis hanya ketawa-ketawa saja mendengar ucapan di Tedjo ini. Wajar kalau Budiman Sudjatmiko tidak netral, lah wong dia team pemenangan Jokowi. Lalu apakah si Tedjo netral? Alam pun membuka semua dusta, banyak kejadian yang membuktikan si Tedjo tidak netral.*
*Tapi karena kita lagi bahas Taliban dan MUI, kita bahas si Tedjo nanti saja ya. Yang penting paham dulu garis besarnya, kalau orang-orang yang kemarin teriak buzzer haram, sekarang kalau tidak jilat ludah mereka akan pura-pura ga tahu.*
*Kenapa penulis membandingkan dengan Taliban? Karena Taliban bagi sebagian orang dianggap pahlawan, dan kebetulan sama-sama melakukan tindakan seperti MUI DKI, yaitu membuat halal sesuatu yang sudah diharamkan. Jadi jangan marah ya, kan Taliban sekarang sudah damai dan moderat.* Hahahaha
*Sesuai sejarah, ketika Afghanistan dikuasai Uni Soviet, para Mujahid menjadikan Opium sebagai salah satu sumber pendanaan. Mereka menjual Opium ke seluruh pelosok Eropa dan menghasilkan dana yang sangat fantastis.*
*Lalu kemudian muncullah Taliban, kelompok yang katanya berisi para pelajar. Mereka mengharamkan Opium, lalu mulai mendapat banyak dukungan. Sementara kelompok Mujahid yang terkesan keras kepada para masyarakat terkait proses produksi Opium, mulai kehilangan banyak simpati masyarakat. Akhirnya beberapa wilayah yang dikuasai Mujahid, jatuh ke tangan Taliban.*
*Awalnya Taliban membakar ladang Opium karena menganggap Opium sebagai sesuatu yang haram. Namun, ternyata hal tersebut berdampak pada pendapatan rakyat dan negara Afghanistan yang memang sumber utamanya adalah Opium. Kondisi ekonomi Afghanistan menjadi tidak stabil dan Taliban mulai kehilangan banyak dukungan.*
*Akhirnya demi mempertahankan kekuasaan, Taliban menghalalkan Opium hingga hari ini. Bahkan perjuangan mereka melawan pemerintah Afghanistan yang dibantu pendanaan Amerika, menggunakan dana penjualan Opium yang nilainya sangat fantastis.*
*Ini seperti sejarah yang berulang, di Indonesia MUI DKI menghalalkan buzzer demi mempertahankan kekuasaan sebagai lembaga _"Tuhan"_ di masyarakat, yang tidak pernah salah dan selalu benar. Walaupun namanya diubah menjadi _"Cyber Army"_ atau kata Anwar Abbas _"Cyber Crime",_ buzzer tetaplah buzzer dan itu diharamkan sebelumnya oleh MUI.*
*Tapi kabar gembira untuk kita semua, khusus untuk MUI DKI dan Anies, buzzer kini halal hukumnya. Begitulah Kura-Kura.*
https://www.usip.org/sites/default/files/resources/taliban_opium_1.pdf
****
*Nah Lho!! Sekarang MUI Didesak Segera Tendang Anwar Abbas*
Populis, Jakarta -
*Sebuah video yang mengatasnamakan Pergerakan Kyai dan Muballigh Nusantara (PKMNu) berisi desakan kepada MUI untuk memecat Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas beredar di media sosial.*
*Video berdurasi lebih dari 2 menit itu berisi desakan kepada MUI untuk segera memecat Anwar Abbas dari jabatannya. Desakan itu didasari atas pernyataan Anwar Abbas yang menyatakan, _bila MUI dibubarkan, maka Republik Indonesia bisa saja dibubarkan juga._*
*Terkait hal itu, para kelompok masyarakat yang menamakan diri PKMNu itu menilai pernyataan Waketum MUI itu provokatif dan bisa memantik suburnya radikalisme dan separatisme yang mengarah pada upaya memecah belah bangsa.*
*_"Oleh karena itu kami dari PKMN menyatakan sikap sebagai berikut, pertama: meminta kepada MUI agar secepatnya melakukan pembenahan diri dengan memecat saudara H Anwar Abbas dari posisi dan kedudukannya sebagai Waketum MUI,"_* kata salah seorang dalam video itu, Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Selain itu, pihaknya juga mendesak Polisi menangkap Anwar Abbas atas pernyataannya itu. Mereka kembali mengukuhkan alasan bahwa pernyataan Anwar Abbas potensial menyuburkan radikalisme dan separatisme.
*_"Meminta kepada aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian untuk segera menangkap dan memproses secara hukum saudara H Anwar Abbas,"_* katanya.
*Mereka juga mendukung Densus 88 yang telah membekuk tiga terduga teroris pada 16 November 2021. Langkah Densus 88 itu, kata mereka, tepat dan telah sesuai dengan standar operasional prosedur. Oleh karenanya, tak perlu dipersoalkan.*
*_"Kami mendukung sepenuhnya penangkapan terhadap tiga orang terduga teroris pada tanggal 16 November di Bekasi Jawa Barat. Bahwa penangkapan serta penggeledahan yang dilakukan Densus 88 terhadap terduga teroris tersebut telah sesuai SOP,"_* kata mereka.
*Pihaknya juga meminta MUI untuk steril dari orang ataupun kelompok yang berafiliasi dengan pihak-pihak yang hendak merusak NKRI sebagai sebuah negara yang berdaulat.*
*_"MUI sebagai mitra pemerintah dalam membina moral bangsa harus benar-benar steril dari orang per orang maupun kelompok yang berafiliasi/penyokong, pendukung serta pembela suatu gerakan yang akan merusak eksistensi NKRI sebagai suatu negara yang berdaulat,"_* ujarnya.
https://populis.id/read5274/nah-lho-sekarang-mui-didesak-segera-tendang-anwar-abbas
*MENABUR ANGIN MENUAI BADAI PECAT DAN PERKARAKAN ANWAR ABBAS*
☝️☝️☝️🇲🇨
*Anwar Abbas: Baguslah Kalau Saya Dipecat Dari MUI*
WE Online, Jakarta -
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abas menyatakan, tak masalah bila dipecat dari kepengurusan MUI sesuai permintaan dan desakan dari kelompok Pergerakan Kiyai dan Mubaligh Nusantara (PKMN).
*_"Tidak masalah kalau dipecat,"_* katanya saat dihubungi, Kamis (25/11/2021).
Dia menegaskan, ada beban moril yang dipikul saat menjabat atau masuk dalam kepengurusan MUI. Karena itulah ia selalu menjaga dan melaksanakan tugas-tugas sebagai anggota ataupun pengurus MUI dengan sebaik-baiknya. Namun, desakan pemecatan dirinya yang datang dari PKMN, kata dia, justru akan membuat beban morilnya semakin ringan.
*_"Baguslah kalau saya dipecat sehingga beban moril saya semakin ringan,"_* katanya.
Pada Rabu (24/11/2021), sebuah video sekelompok pria mengatasnamakan Pergerakan Kiyai dan Mubaligh Nusantara (PKMN) mendesak kepada MUI memecat Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abas.
Desakan itu didasari atas pernyataan Anwar Abas yang mengatakan, bila MUI dibubarkan maka Republik Indonesia bisa saja dibubarkan juga. Terkait hal itu, para kelompok masyarakat yang menamakan diri PKMN itu menilai pernyataan Waketum MUI itu provokatif dan bisa memantik suburnya radikalisme dan separatisme yang mengarah pada upaya memecah belah bangsa.
*_"Oleh karena itu, kami dari PKMN menyatakan sikap sebagai berikut, pertama: meminta kepada MUI agar secepatnya melakukan pembenahan diri dengan memecat saudara H Anwar Abbas dari posisi dan kedudukannya sebagai Waketum MUI,"_* katanya dalam video itu.
Selain itu, pihaknya juga mendesak polisi menangkap Anwar Abas atas pernyataannya itu. Mereka kembali mengukuhkan alasan bahwa pernyataan Anwar Abas potensial menyuburkan radikalisme dan separatisme.
*_"Meminta kepada aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian untuk segera menangkap dan memproses secara hukum saudara H. Anwar Abas,"_* katanya.
https://wartaekonomi.co.id/read376651/anwar-abbas-baguslah-kalau-saya-dipecat-dari-mui
*Sindiran Telak Guntur Romli Untuk MUI DKI Soal Cyber Army Juga Bisa Bela Jokowi*
Xhardy - Seword
Setelah wacana pembentukan pasukan siber untuk bela ulama dan Anies terkuak, MUI DKI terus jadi bulan-bulanan publik. Sementara itu pula, MUI DKI terus berusaha ngeles, sibuk klarifikasi sana sini, bicara terus berubah-berubah sesuai kadar kritikan dari publik.
*Salah satunya adalah ketika Ketua MUI DKI Jakarta Munahar Muchtar mengatakan pembentukan pasukan siber bukan hanya untuk melindungi Anies dari berita hoaks dan fitnah, tapi juga siapa pun pemimpin yang hendak memajukan Jakarta.*
*_“Ketika ada orang-orang hanya mencari kesalahan Pak Anies, mencari yang jelek-jelek, apa salahnya beliau kerja yang bagus juga kita angkat. Dan itu bukan Pak Anies saja. Siapapun tokoh Jakarta, siapapun mereka yang mau berbuat untuk warga Jakarta dan kemajuan Jakarta ke depan,”_* kata Munahar
*Munahar menjelaskan, kabar pasukan siber hanya untuk melindungi Anies adalah dalam konteks dia sebagai Gubernur DKI Jakarta yang merupakan mitra kerja MUI DKI Jakarta. _"Itu cuma kebetulan kesebut namanya,”_* kata dia.
*Dia bilang MUI DKI Jakarta juga bakal membela Presiden Jokowi bila mendapat serangan fitnah. _"Boleh, tidak ada masalah. Artinya ketika itu adalah kebenaran, bicaralah kebenaran. Yang hak, kita bicara hak. Yang batil, itu batil,”_* katanya.
*Bagi banyak orang, alasan hanyalah upaya untuk ngeles karena sudah terdesak oleh blunder yang dibuat. Apalagi ada isu dana hibah dengan angka yang fantastis, masuk akal deh cocokloginya.*
*Aktivis NU Mohamad Guntur Romli ikut menyoroti polemik ini. Melalui akun Twitter-nya dia mengunggah pemberitaan media mengenai pernyataan MUI DKI bahwa selain membela ulama dan Anies, pasukan siber bisa juga membela Presiden Jokowi dari fitnah.*
*Dalam komentarnya, Guntur menyebut Presiden Jokowi tidak membutuhkan pembelaan dari buzzer MUI DKI.* *_"Jokowi tidak butuh pembelaan dari buzzer-buzzer rendahan yang ngaku-ngaku ulama ini,"_* katanya.
*_"Ulama kok jadi buzzer, ulama kok ngurus buzzer, ini majelis ulama apa munafik ulama?"_* sindirnya.
*Saya pribadi pun sangat heran, gimana ceritanya MUI DKI bisa mengurusi soal buzzer. Bukankah tugas meluruskan hoax sudah dilakukan pihak lain misalnya Kemenkominfo dan lainnya? Apa maksud MUI DKI memeriahkan isu ini kalau tidak ada niat berbau politik?*
*Tapi seaneh apa pun hal ini, tetap akan menjadi hal yang lumrah bagi kelompok sebelah. Apalagi kalau sudah dibumbui dengan agama, maka hal ini akan dianggap lumrah. Dengan berlindung di balik tameng agama dan jubah ulama, mereka seolah bisa melakukan apa pun dan tetap akan ada yang membela mati-matian. Sekonyol apa pun, segila apa pun wacananya, tetap akan ada yang membela.*
*Mantan Ketum MUI Din Syamsuddin, sekarang sudah bergabung di KAMI, siap turun ke lapangan jika ada pihak yang berani membubarkan MUI. Din mengatakan mereka bakal berhadapan umat Islam di Tanah Air.*
*_"Ketahuilah, kalau ada pihak, siapa pun mereka, yang berani membubarkan MUI, maka mereka akan berhadapan dengan umat Islam di seluruh Tanah Air. Sebagai yang pernah memegang amanah sebagai Ketua Umum MUI dan Ketua Dewan Pertimbangan MUI, saya siap turun lapangan,"_* kata Din.
*Din meminta agar desakan pembubaran MUI tak ditanggapi serius. Dia lantas berbicara mengenai kemungkinan gejala islamofobia. _"Desakan dari pihak tertentu untuk bubarkan MUI tidak perlu ditanggapi serius. Desakan itu boleh jadi asli, maka itu menunjukkan bahwa kelompok anti-Islam/islamofobia yang merasa mendapat dukungan rezim berkuasa (yang diam saja dan terkesan membiarkannya) mendapatkan momentum dengan penangkapan sejumlah ulama/mubalig,"_* kata Din.
*Inilah yang dimaksud dengan berlindung di balik tameng agama. Ketika terdesak, isu agama dijadikan perisai agar tidak disalahkan, bahkan dimanfaatkan untuk menyalahkan pihak lain.*
*Mereka manfaatkan agama untuk membenarkan tindakan kelompok sendiri, bahkan bisa menyerang balik para pengkritiknya. Contohnya soal dulu haram terkait buzzer, sekarang bisa berubah jadi halal dengan syarat dan ketentuan berlaku. Pokoknya, suka-suka mereka lah. Hari ini bilang A, besok bisa jadi B demi keuntungan kelompok sendiri. Lembaga sebesar MUI bisa sampai seperti itu, bukankah ini kacau dan gawat?*
*Bagaimana menurut Anda?*
https://news.detik.com/berita/d-5823261/din-syamsuddin-kalau-ada-yang-berani-bubarkan-mui-saya-turun-ke-lapangan
https://www.netralnews.com/mui-dki-bilang-cyber-army-bisa-juga-bela-jokowi-guntur-jokowi-tak-butuh-buzzer-rendahan-yang-ngaku-ngaku-ulama-9zlfrs
RN
0 Comments:
Posting Komentar