Tampilkan postingan dengan label khilafahisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label khilafahisme. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 November 2021

Mengapa Indonesia Menolak Khilafah Tegak di Indonesia, Ini Alasannya, Bagikan Ke Semua Keluarga Dan Teman Anda Biar Semua Paham.



*Mengapa Indonesia Menolak Khilafah Tegak di Indonesia, Ini Alasannya, Bagikan Ke Semua Keluarga Dan Teman Anda Biar Semua Paham.*

Semoga negeri kita aman dan damai terhindar dari perpecahan. Semoga ideologi asing seperti ideologi komunis dan khilafah tidak menguasai negeri kita. Jaga persatuan dan tetap Pencasila & NKRI harga mati. *Salam TEGAR*

Walau HTI telah dibubarkan dan ditetapkan sebagai Ormas terlarang seperti PKI, namun syabab (anteknya) terus menebar propaganda diberbagai media.

Propaganda antek HTI yang saat ini bergentayangan membuat video dan tulisan yang berjudul "Apa Masalahnya Jika Khilafah Tegak di Indonesia" karangan syabab HTI, Heri Al-Fatih.

Inti dari tulisan ini adalah mengajak orang awam agar semangat menegakkan khilafah dengan membandingkan kondisi bangsa saat ini.

Berikut adalah tulisan propagandanya antek HTI (Heri Al-Fatih) sekaligus saya beri jawaban sehingga terbongkar semua kebohongan dan iming-iming semu antek khilafah.

1. Jika Khilafah tegak di Indonesia, maka semua agama selain Islam akan tetap boleh hidup damai, semua akan diberi kebebasan menyembah tuhan-tuhan mereka. Mereka tidak akan dipaksa memeluk Islam. Lalu masalahnya apa Jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Masalahnya jika khilafah tegak di Indonesia, maka kerukunan antar umat beragama akan terganggu bahkan akan terjadi perang antar agama. Jangankan menghormati atau menjalin perdamaian antar agama, kepada sesama umat Islam saja mereka kafirkan, menuduh musyrik, berhukum thaghut dan halal darahnya untuk ditumpahkan hanya karena tidak menegakkan khilafah. Jadi kebebasan beragama ala kaum khilafah adalah dusta dan tanpa khilafah pun, NKRI sudah menerapkan kebebasan beragama. Buang saja khilafah ke tong sampah, kami tidak butuh*.

2. Jika Khilafah tegak, maka Pendidikan dan Kesehatan akan digratiskan untuk seluruh warga negera tanpa terkecuali, karena semua itu adalah hak rakyat dan sudah menjadi kewajiban Khalifah sebagai pelayan rakyat. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Bagaimana mau menerapkan pendidikan dan kesehatan gratis, lha wong khalifahnya tidak jelas siapa namanya dan dimana rimbanya. Dimana-mana ditolak disetiap negara dan menjadi gerakan pemberontak kok mau menerapkan pendidikan dan kesehatan gratis? Tanpa khilafah pun, saat ini pemerintah sudah memperhatikan pendidikan dan kesehatan bagi rakyatnya. Walau belum maksimal tapi ini alam kenyataan, bukan khayal dan mimpi khilafah HTI.*

3. Jika Khilafah tegak, hukum Allah akan diterapkan secara kaaffah (menyeluruh). Tidak ada lagi perzinahan, riba, miras, dan kesyirikan yang terjadi secara terang-terangan seperti hari ini. Tidak ada lagi muslim yang meninggalkan sholat dengan bangga. Semua akan taat kepada Allah Swt. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Masalahnya, setan itu hidup di sistem manapun termasuk hidup di sistem khilafah. Jadi, walau diterapkan sistem khilafah, kerja setan jalan terus. Artinya, kemaksiatan dan kejahatan tetap ada walau dalam sistem khilafah. Kalau kemasiatan berhenti dengan tegaknya khilafah, terus neraka sepi dong? Kata siapa tidak ada kemaksiatan di sistem khilafah? Baca sejarah berapa penguasa dan keturunan khalifah yang ahli zina dan mabuk. Jangan menipu atas nama khilafah. Tanpa khilafah, NKRI sudah kaffah. Setiap pemeluk agama bisa damai dan tenteram menjalankan syariatnya masing-masing. Toh, khilafah bukan bagian dari Rukun Iman dan Rukun Islam, jadi khilafah bukanlah sesuatu yang esensi dalam syariat Islam.*

4. Jika Khilafah tegak, hukum Allah terlaksana secara sempurna, maka negeri ini pun akan diberikahi. Bukankah Allah telah berjanji akan mendatangkan berkah dari langit dan bumi Lihat QS.7:96 jika penduduk ini bertakwa?.  Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *NKRI ini sudah diberkahi oleh Allah. Jika ada bencana dan musibah, semata-mata adalah ujian bagi kaum yang beriman bukan karena tidak menerapkan khilafah. Negeri ini dihuni oleh para wali, didoakan para ulama dan dicintai oleh penduduknya. Masalahnya jika diganti khilafah, maka mereka akan merusak anugerah Allah berupa berkah dan kedamaian di negeri ini.*

5. Jika Khilafah tegak, tidak akan ada lagi kemaksiatan yang terjadi secara terang-terangan. Beda dgn hari ini, dimana kemaksiatan menjadi budaya bahkan difasilitasi oleh negara. Maka Khilafah hadir untuk menghilangkan semua jenis kemaksiatan, bukankah itu sebuah kebaikan?
Lalu apa masalahnya jika Khilafah di Indonesia?

Jawab: *Masalahnya, kaum khilafah sendiri adalah ahli maksiat. Ahli maksiat dengan bertopeng nama Tuhan. Ahli maksiat yang terus-menerus merongrong negara. Kelompok minoritas tapi gayanya mayoritas dengan menebar kebohongan atas nama ulama, atas nama Islam. Umat Islam yang mana yang mereka ikuti? Mereka adalah kelompok Khawarij-Takfiri perusak perdamaian.*

6. Jika Khilafah tegak, tidak akan ada lagi penista agama  seperti Abu Janda, Deni Siregar, Busukma dan Muwafiq. Khilafah dengan hukum Islamnya akan menindak tegas para penista agama. Islam pun akan mulia dan agama lain tetap dihormati. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Penista agama adalah mereka yang memanipulasi ajaran agama untuk memuaskan kepentingan pribadi atau kelompok. Penista agama adalah mereka yang selalu menebar kebohongan bahwa Rasulullah tidak bisa menegakkan rahmatan lil 'alamin sebelum tegaknya khilafah. Para penista agama adalah mereka yang bodoh tentang agama tapi berlagak ahli agama, bicara tentang agama hanya dengan modal jubah, jenggot panjang dan sorban. Provokator berlagak paling suci sedunia. Ini masalahnya.*

7. Jika Khilafah tegak, tidak ada lagi para maling uang rakyat alias koruptor. Tidak ada lagi rakyat tertindas oleh kezaliman penguasa dan ketidakadilan hukum. Rakyat jelata dan para pejabat negara akan hidup dalam kemakmuran dan keadilan. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Baca sejarah dimasa kekuasaan daulah dahulu, penguasa yang korup bahkan maling atas nama Tuhan dan kekuasaan. Bukan saja foya-foya di istana tapi juga berebut kekuasaan alias perang saudara. Saling menumpahkan darah hanya karena haus tahta. Ini masalahnya. NKRI lebih mulia, dalam setiap pergantian pemimpin tidak ada perang saudara apalagi bunuh-bunuhan.*

8. Jika Khilafah tegak, maka nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila benar-benar akan terwujud, bukan lagi sebuah hayalan belaka. NKRI pun akan terjaga dan wilayahnya akan semakin luas. Tidak ada lagi perusak NKRI seprti OPM di Papua. Tidak ada lagi wilayalah NKRI yg terlepas, seperti terlepasnya Timur-timur. Setiap jengkal tanah negeri ini akan terjaga. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Bohong besar jika mereka mendukung Pancasila. Bagi antek khilafah, Pancasila itu thaghut. NKRI itu produk kafir. UUD 1945 hanyalah sistem syaithaniyah. Jadi, mereka menghalalkan segala cara untuk menipu kaum awam. Masalahnya, khilafah HTI lebih ganas dan lebih licik dari OPM.*

9. Jika Khilafah tegak para orang tua tidak perlu khawatir dengan tontonan anak-anak di TV, karena TV hanya akan menayangkan yang baik. Baik menurut Allah, bukan baik menurut manusia. Tidak ada sinetron yang merusak moral dan aqidah. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Masalahnya, jangankan mengajarkan moralitas, kaum khilafah itu sendiri tidak punya moral. Sudah ditolak tapi tidak tahu malu. Anti NKRI tapi makan dan tidur nyenyak di NKRI. Benci dengan pemimpin tapi fasilitas negara dinikmati. Jangankan menjaga akidah, padahal akidah mereka sendiri tidak jelas. Akidah Aswaja tak akan mabuk dengan khilafah. Jadi, kaum khilafah ini pakai akidahnya siapa?*

10. Tegaknya Khilafah akan menghapus segala bentuk penjajahan yang terjadi di negeri ini. Sumber Daya Alam yang hari ini 85% dikuasai oleh Asing dan Aseng akan kembali menjadi milik rakyat. Semua akan dikelola oleh Khilafah dan hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat secara gratis. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Masalahnya, kaum khilafah itu adalah kaum penjajah. Penjajah yang jualan agama. Yang namanya penjajah, semanis apapun janji-janjinya ya tetap membual alias bohong. Ngaku anti asing padahal mendapat donasi dari asing dan dipiara oleh negara asing. Bukankah idelogi khilafah HT adalah ideologi asing dan ideologi usang sehingga tidak dipakai oleh mayoritas ulama. Alhamdulillah, ulama pendiri NKRI dan ulama yang setia NKRI sudah paham tentang kebohongan kaum khilafah.*
 
11. Jika Khilafah tegak, tidak ada lagi pengangguran. Lapangan pekerjaan akan disediakan oleh Khalifah sebanyak-banyaknya, sehingga rakyat bisa mencari kerja dengan sangat mudah. Bahkan tidak perlu memikirkan ijazah.
Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Siapa bilang? Yang namanya pemalas, hidup dalam sistem apapun ya tetap pengangguran. Siapapun yang tidak mau sekolah ya tetap bodoh. Masalahnya, kaum khilafah itu bodoh tapi berlagak pintar di segala bidang. Setiap permasalahan jurusnya hanya satu. Tegakkan khilafah!*

12. Jika Khilafah tegak, rakyat yang ingin membuka usaha/bisnis tapi tidak punya modal usaha, maka Khalifah akan memberikan ia modal. Rakyat yang punya utang tidak bisa ia lunasi, maka Khalifah yang akan membantu. Pemuda yang ingin menikah tidak punya modal, juga akan dinikahkan oleh negara (khilafah).
Lalu apa masalahnya jika Khilafah di Indonesia?

Jawab: *Ini masalahnya, kaum khilafah hobi hutang tapi tidak mau membayar. Mental penindas dan pengemis. Hidup manja dan tidak mau kerja keras tapi menghayalnya sampai langit ketujuh. Menikah tanpa sistem khilafah tetap sah. Yang namanya jomblo, akan ada di setiap masa.*

13. Jika Khilafah tegak, seluruh warga akan dijamin keamanannya sehingga tidak perlu ada yang repot-repot membuat pagar rumah setinggi 5 meter. Tidak perlu menyediakan CCTV apalagi menyewa Security. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Maling tidak kenal sistem. Justru keberadaan antek khilafah membuat kekacauan dan merusak ketenteraman. Bagaimana jadinya jika negeri ini menerapkan khilafah. Sedikit-sedikit kafir-thaghut, kaum Aswaja tidak lagi nyaman mengamalkan ibadah dan amaliyahnya. Siapa yang berani mengkritik khilafah bisa langsung dijagal. Halal darahnya. Ini tambah masalah.*

14. Jika Khilafah tegak, maka seluruh warga negara akan dijaga kehormatannya. Negara akan menerapkan  aturan berkenaan dengan pergaulan pria & wanita sebagai pencegahan dan memberi sanksi yang tegas bagi yang melanggar. Orang tua pun tidak perlu lagi khawatir anaknya jadi korban. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Masalahnya, jika khilafah tegak di Infonesia, umat Islam di Nusantara tidak lagi kenal budayanya. Dipaksa memakai budaya Arab karena semua budaya Nusantara dianggap kafir. Khalifah bisa menerapkan pergundikan. Menjadikan wanita sebagai pemuas nafsu penguasa.*

15. Jika Khilafah tegak, tidak seorang pun yang terabaikan hak-haknya, semua akan mendapat keadilan secara merata. Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Sistem khilafah bersifat diktator alias absolut. Siapa yang menentang khalifah maka bersiaplah meregang nyawa. Siapa yang melawan khalifah dianggap melawan Tuhan. Semua perkataan khilafah dianggap perkataan Tuhan sehingga totalitas wajib diikuti.*

16. Jika Khilafah tegak, para Ustadz dan Da'i tidak perlu lagi repot-repot mengajak muslim untuk sholat, dan tidak perlu capek-capek mencegah orang lain dari kemaksiatan, karena dakwah akan menjadi tanggungjawab negara. Khalifah akan mengajak seluruh warga untuk taat kepada Allah Swt.
Lalu apa masalahnya jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Amar ma'ruf nahi munkar itu tanggung jawab bersama bukan hanya untuk penguasa. Tidak ada jaminan kemaksuman khalifah sehingga khalifah bisa berpotensi salah dan melakukan kemaksiatan. Siapa yang mencegah kezaliman khalifah maka dianggap memusuhi Tuhan. Ini juga masalah.*

17.  Saya tidak mampu  menuliskan keindahan dan kesejahteraan yang akan kita rasakan jika khilafah tegak nanti, sebagaimana saya tidak mampu menuliskan kezaliman dan kemaksiatan yang terjadi hari ini akibat penerapan sistem demokrasi.
Lalu masalahnya apa jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Saya mampu menuliskan kejahatan khilafah sebab khilafah hanyalah sistem buatan manusia dan bukan sistem buatan Tuhan. Sistem khilafah tidaklah suci melainkan tersimpan di dalamnya kekurangan dan kejahatannya. Kita bisa membaca sejarah, betapa banyak umat Islam harus meregang nyawa saling membunuh hanya karena berebut tahta. Ini masalah yang perlu dijadikan pelajaran.*

18. Khilafah adalah kewajiban mulia, bahkan para ulama menyebutnya sebagai 'mahkota kewajiban', tegaknya merupakan janji dari Allah dan Rasul-Nya yang tidak seorang pun dapat menghalangi. Menghalangi tegaknya Khilafah ibarat menghalangi terbitnya fajar diwaktu pagi, sebuah kemustahilan dan kesia-siaan. Dengan atau tanpa Anda, maka Khilafah PASTI akan segera tegak kembali. Lalu masalahnya apa jika Khilafah tegak di Indonesia?

Jawab: *Khilafah bukanlah kewajiban melainkan  tawaran alternatif yang tidak ada jaminan baik. Tak ada dalilnya untuk menerapkan khilafah tahririyah. Kepemimpinan Imam Mahdi memang akan datang tapi bukan khilafah penipu ala HTI. Ulama Aswaja yang lurus tidak akan tergiur dengan mimpi khilafah. Walau dipaksakan bagaimanapun, khilafah akan terus gagal sebab   hanyalah produk tafsir gagal yang usang, yang hanya merusak dan mempersempit keagungan ajaran Islam. Masalahnya, negara manakah yang saat ini tertarik dengan mimpi khilafah? Mbokya kaum khilafah sekali-kali bangun, sadar diri, jangan hanya mimpi dan mengigau terus.*

Artikel ini sudah diposting di ARSIP POLEKSOSBUD
*Arsip.TOPsekali.com*

Rabu, 08 September 2021

Kalkulasi Daya Rusak Varian Kadrun Sangat Besar Semenjak Pandemi Covid-19, Kadrunis Ideot Ini Terus Berkiprah Menyesatkan Rakyat, Sungguh Mengenaskan.

*Kalkulasi Daya Rusak Varian Kadrun Sangat Besar Semenjak* 
Pandemi Covid-19, Kadrunis Ideot Ini Terus Berkiprah* 
*Menyesatkan Rakyat, Sungguh Mengenaskan.*

"Daya rusak varian kadrun dalam pandemi Covid-19 sangat besar, terbukti banyak kelompok masyarakat menolak vaksin karena percaya akan hasutan kadrun di Media Sosial. Sebut saja di Sumenep Madura, pada sebuah sekolah negeri para peserta didik menolak hadir kegiatan vaksinasi karena terpengaruh fitnah kadrun di media sosial. Konten fitnah memang laku keras di Madura", Firman Syah Ali,penulis artikel ini.

Sangat menarik,mari ikuti narasi berikut di bawah ini secara tuntas, perlu sekali Brooo.

Kadrun adalah singkatan dari kadal gurun, julukan yang biasanya disebutkan secara dikotomis dengan NKRI. Kadal gurun dimaksudkan sebagai sekelompok masyarakat yang bercita-cita ingin menggurunpasirkan tanah nusantara nan subur makmur dan damai. Komunitas inti Kadrun terdiri dari barisan anti Daulah NKRI dan  pro Daulah  Khilafah, di lingkar yang lebih luar lagi termasuk barisan sakit hati atau residu pilpres dan masyarakat awam yang jadi korban para buzzer anti NKRI. Kelompok anti Jokowi ikut serta dalam lingkaran kadrun, mereka bisa jadi tidak anti NKRI namun punya kesamaan aksi dengan kelompok anti NKRI. Satu aksi beda agenda.

Varian Kadrun dalam pandemi Covid-19 sudah muncul sejak kemunculan SARS-Cov-2 Wuhan di Cina pada tahun 2019. Begitu SARS-Cov-2 muncul, salah seorang propagandis Kadrun berceramah dengan mata melotot bahwa virus corona diturunkan oleh Allah SWT sebagai azab terhadap komunis cina dan bantuan terhadap muslim uyghur. Tak berapa lama dari ceramahnya, provokator ini harus menanggung malu karena virus corona juga menyerang Uighur bahkan bergerak ke Mekkah, pusat spriritualitas kaum muslimin sedunia. Namun sang propagandis khilafah bertubuh kurus ini tetap tidak merasa malu dan terus berceramah di youtube. Kadrun jelas tetap memuliakannya.

Setelah SARS-Cov-2 mendunia dan ditetapkan sebagai pandemi serta masuk ke Indonesia, kadrun tiada henti menyebarkan banyak berita bohong dan hasutan tentang Corona. Inti dari semua konten hoax dan provokasi tersebut adalah ingin membangun opini bahwa :

1. Virus Covid-19 tidak ada, itu semua hanya rekayasa Jokowi dan cina komunis untuk hancurkan umat islam dan pribumi Indonesia;
2. Vaksinasi adalah politik cina komunis berupa pembunuhan massal terhadap umat islam dan pribumi Indonesia. Karena semua ulama yang disuntik vaksin akan mati dua tahun lagi;
3. PPKM adalah politik cina komunis untuk membunuh pribumi dan umat islam indonesia melalui ekonomi. Dengan PPKM maka pribumi dan umat islam Indonesia akan mati kelaparan;
4. PPKM berkepanjangan merupakan skenario cina komunis untuk menjauhkan umat Islam dan pribumi Indonesia dari Masjid, sehingga di akhir PPKM mereka sudah lupa akan Masjid dan terbiasa sholat di rumah. Masjid adalah tempat yang paling ditakuti oleh cina komunis.

Itulah empat poin utama yang ingin mereka bangun dari semua varian hoax dan hasutan yang mereka sebarkan. Sampai detik ini kita tidak tau siapa sebenarnya yang mereka maksud sebagai cina komunis, dan kenapa selalu dikaitkan dengan Jokowi. Kalau yang mereka maksud adalah RRC, sesungguhnya RRC bekerja sama dengan banyak kepala negara pujaan para kadrun, antara lain kepala negara Saudi Arabia, pemimpin Taliban Afghanistan, Kepala negara Turki dan lain-lain. 

Tapi kita tidak kaget, karena sejak sebelum 2014, Jokowi memang mereka tuduh sebagai komunis, syiah, liberal, yahudi, kapitalis, zionis, freemason, kafir, PKI dll. Sangat konyol ada seorang tokoh komunis sekaligus merangkap sebagai tokoh liberal kapitalis. Ini betul-betul naif tapi yang berbicara seperti itu dianggap orang alim dan dicium tangannya oleh massa kadrun.

Yang terbaru para buzzer kadrun di media sosial sibuk menyebarluaskan video Sultan Brunei Darussalam yang tidak menerapkan protokol kesehatan dinegaranya, namun rakyat Brunei selamat dari Covid-19. Video-video tersebut tentu saja dilengkapi dengan narasi cuplikan-cuplikan dalil yang tentu saja disalahgunakan dan disalahtafsirkan. Hanya selang beberapa hari langsung viral ledakan corona di Brunei Darussalam dengan angka 1000 persen. Namun tentu saja kadrun tidak merasa malu, mereka masih terus percaya diri menyebarkan kekonyolan-kekonyolan berikutnya.

SEBERAPA BESAR DAYA RUSAKNYA?

Kejadian di Sumenep Madura itu tentu saja hanya contoh, sebab di daerah lain di Indonesia kejadiannya diduga tidak jauh beda.

Begitupun aksi penolakan terhadap PPKM banyak diinspirasi oleh media sosial. Narasi-narasi yang mereka kemukakan saat aksi sama persis dengan yang beredar secara viral di media sosial.


BAGAIMANA TINDAKAN PEMERINTAH?

Pemerintah RI menerapkan restorative justice terhadap mereka, tentu saja pendekatannya pre-emtif dan preventif. Sepanjang masih bisa dicegah dan dibina, maka tidak dilakukan represi. Represi hanya dilakukan jika daya rusaknya luar biasa dan itupun harus dilakukan secara presisi, cepat tepat dan terukur.

Pemerintah tidak bekerja sendirian dalam menghadapi Covid-19 Varian Kadrun, pemerintah bersinergi dengan simpul-simpul masyarakat terutama simpul keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, SI, LDII, DDII, MUI, PHDI, dll.

Besar harapan kita sinergitas pemerintah dengan simpul-simpul masyarakat ini akan efektif dalam menyelamatkan bangsa Indonesia dari Varian Covid-19 non biologis tersebut.
Oleh : Firman Syah Ali
Arsip.Topsekali.com

Sabtu, 04 September 2021

Kupas Tuntas Bagaimana Hubungan Taliban Afganistan Dengan Indonesia, Simak Dan Gunakan Akal Sehat, Waspada, Jaga Pancasila

 
*Kupas Tuntas Bagaimana Hubungan Taliban Afganistan Dengan*
 *Indonesia,Simak Dan Gunakan Akal Sehat, Waspada, Jaga Pancasila* - arsip.topsekali.com

"Sasaran terorisme (biasanya berupa aksi bom bunuh diri) bukan hanya aparat keamanan atau kantor pemerintahan, tetapi bisa siapa saja (warga sipil, jurnalis, anak-anak, perempuan, dan sebagainya) dan apa saja (termasuk madrasah dan masjid). Mereka disinyalir juga jadi pelaku pengeboman di area kerumunan massa yang ingin kabur di kompleks bandara Kabul", Sumnato.*
Sejumlah kelompok agama dan elite politik di Indonesia tampak kegirangan dengan keberhasilan milisi Taliban mengontrol dan mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.

Mereka juga mendesak Pemerintah RI untuk segera mendukung rezim Taliban. Entah apa yang ada di benak mereka. Padahal, Taliban memiliki sejarah dan reputasi sangat buruk dalam menjalankan roda kepolitikan dan pemerintahan yang membuat rakyat Afghanistan ketakutan dan hidup dalam penderitaan lahir-batin.

Fakta bahwa ratusan ribu warga Afghanistan mencoba kabur dari negara mereka sejak Taliban mengambil alih kekuasaan menunjukkan apa atau siapa “jati diri” Taliban sesungguhnya. Jelas bahwa rakyat Afghanistan trauma terhadap rezim Islamis-fundamentalis Taliban saat lima tahun (1996-2001) berkuasa, yang penuh dengan kebiadaban dan ketidakmanusiawian. Dengan jatuhnya kembali Afghanistan ke tangan Taliban, mimpi buruk dan drama horor terbayang di depan mata mereka.

Selama kekuasaan rezim Taliban yang disokong Pakistan dan Al Qaeda, Afganistan (oleh Taliban diberi nama Emirat Islam Afghanistan) menjelma jadi “neraka” dunia mengerikan. Bahkan Korea Utara jauh lebih baik ketimbang Afghanistan di masa Taliban. Kemiskinan, kelaparan, dan malnutrisi merajalela. Kekerasan demi kekerasan tak pernah berhenti. Perang sipil antarfaksi Islam dan kelompok suku terus berkecamuk.

Pembantaian warga terjadi di mana-mana, bukan hanya terhadap kelompok minoritas etnis dan agama saja (misalnya, kelompok Syiah Hazara) tetapi juga terhadap siapa saja dan kelompok mana saja yang mereka anggap dan cap rival dan musuh pengganggu kekuasaan.

Penting untuk dicatat, rezim Taliban bukan hanya melakukan genosida atas manusia tetapi juga atas produk-produk spiritual-kebudayaan mereka (oleh Raphael Lemkin disebut “cultural genocide”) seperti aneka ragam karya seni, monumen bersejarah, peninggalan kepurbakalaan, atau bahkan bangunan tempat peribadatan karena dicap kafir-sesat, berpotensi menyekutukan Tuhan, tidak religius, atau dianggap menodai kemurnian akidah dan ajaran fundamental Islam yang mereka pegang dan yakini.

Selama berkuasa, rezim Taliban mengunci atau menggembok Afghanistan dari dunia luar. Mereka juga menolak bantuan makanan PBB untuk jutaan warga yang kelaparan. Mereka melarang media dan berbagai aktivitas publik yang dianggap berpotensi mengganggu kekuasaan. Berbagai aktivitas seni-budaya diharamkan termasuk musik, fotografi, lukisan, film, tarian, dan sebagainya.

Kaum perempuan jadi obyek paling mengenaskan. Mereka harus berpakaian tertutup rapat dari ujung kaki hingga ujung kepala, tak boleh pergi ke tempat umum sendirian tanpa ditemani muhrim (biasanya anggota keluarga), dilarang bekerja di sektor publik (kecuali dokter atau perawat untuk melayani pasien perempuan karena petugas medis laki-laki tak boleh menangani pasien perempuan), anak perempuan dilarang sekolah. Dan masih banyak lagi kisah pilu mereka. Jika melanggar aturan, mereka akan dihukum cambuk di hadapan publik.

Taliban juga menerapkan kebijakan scorched earth, yakni sebuah strategi untuk menghancurkan aset apa saja (kawasan, fasilitas publik, sumber-sumber ekonomi, industri, dan lainnya) yang dipandang memberi manfaat pihak lawan.

Karena itu jangan heran kenapa ketika Taliban berkuasa mereka memusnahkan banyak kawasan subur dan membakar rumah-rumah dan perkampungan penduduk. Ketika kekuasaan rezim Taliban rontok tahun 2001 karena digempur tentara AS setelah tragedi terorisme 9/11, kekerasan yang mereka lakukan tak serta-merta berhenti.

Berbagai aksi pengeboman dan terorisme keji untuk menggoyang pemerintah terus mereka lancarkan tanpa henti selama 20 tahun (2001–2021), memakan korban ribuan nyawa dan kerusakan fisik tak terhingga.

Nafsu kekuasaan (*baca terus narasi penting di bawah ini*...👭👪👇👇👇)
Kenapa Taliban menerapkan politik totalitarian dan membabi buta yang membuat Afghanistan kian terperosok dan porak-poranda? Jawabannya sangat simpel. Karena mereka tak mengerti cara memimpin warga yang majemuk dan memerintah sebuah negara. Mereka tidak memiliki pengetahuan, wawasan, strategi, dan skill untuk memerintah dan mengelola sebuah negara-bangsa. Hanya nafsu kekuasaan yang mereka miliki.

Akhirnya, untuk mengontrol ketaatan publik serta membuat warga tunduk dan patuh, yang bisa mereka lakukan hanya meneror dan menakut-nakuti warga dengan berbagai peraturan dan hukuman keras atas nama “penegakan syariat Islam”. Jadi Taliban pada dasarnya adalah “para bandit berjubah agama.”

Taliban memang bukan kelompok cerdik-cendikia yang berwawasan luas tentang seluk-beluk ilmu pemerintahan, kepolitikan, perekonomian, atau kebudayaan.

Dalam sejarahnya, Taliban adalah sebuah gerakan politik-agama yang terdiri dari kumpulan murid/alumni madrasah (taliban berarti murid/ siswa) yang berafiliasi ke sekolah-sekolah Deobandi (tersebar di berbagai daerah di Asia Selatan) yang bercorak literalis-revivalis-konservatif yang sangat ketat, rigid, closed-minded dan ekstrem dalam memahami, menafsirkan, dan mempraktikkan teks, wacana dan ajaran keislaman.

Baca juga : Tak Ada Hitam Putih di Afghanistan

Lebih jelasnya, kelompok atau gerakan Taliban adalah kombinasi antara ajaran Islam revivalis-konservatif ala Deobandi, ideologi militan Islamisme ala Al Qaeda, dan norma sosial Pasthunwali, yakni gaya hidup tradisional masyarakat Pasthun karena mayoritas Taliban memang dari suku/etnik Pasthun.

Taliban dibentuk tahun 1994 oleh Muhammad Umar (1960-2013, dikenal sebagai Mullah Umar), mantan siswa madrasah Deobandi dan bekas milisi Mujahidin dalam perang Afghanistan - Soviet (1979–1989), yang kala itu baru berumur 34 tahun.

Taliban berhasil menguasai panggung kekuasaan Afghanistan setelah berhasil memanfaatkan situasi chaos dan konflik internal antar-faksi Islam lantaran kegagalan elite politik-agama Afghanistan capai kesepakatan pemerintah koalisi nasional pasca-hengkangnya Tentara Merah Soviet.

Konflik internal antarkelompok Islam dan elite politik-agama itu kemudian memicu meletusnya perang sipil mahadahsyat yang membuat Afghanistan untuk kesekian kali hancur lebur. Sekitar enam faksi Islam (Hizbul Islam Gulbuddin, Jamiat Islami, Ittihad Islam, Harakat Inqilab Islam, Hizbul Wahdat, dan Junbish Milli) saling berebut kekuasaan, saling mengkhianati, saling membunuh, dan saling memerangi.

Padahal, kelompok radikal Islamis ini (dengan dukungan AS) dulu bersatu-padu sebagai “pejuang mujahidin” melawan tentara Soviet. Begitu Soviet berhasil dipukul mundur, mereka sendiri yang ironisnya saling gempur demi kekuasaan.

Di saat Afghanistan kacau-balau dilanda perang sipil itulah, milisi Taliban muncul sebagai “kuda hitam” yang berhasil merangsek, mengontrol, dan menguasai dua pertiga wilayah Afghanistan dan mendeklarasikan diri pemerintahan baru dengan nama Emirat Islam Afghanistan tahun 1996.

Apakah dengan pendeklarasian pemerintah oleh Taliban ini dengan sendirinya perang sipil berhenti? Tentu saja tidak. Perang sipil antarkelompok (termasuk “Aliansi Utara” yang dibentuk warlord Ahmad Shah Massoud yang terdiri dari koalisi sejumlah kelompok etnis seperti Uzbek, Tajik, Hazara, Turki, Pasthun) terus berlanjut dan berkecamuk.

Mewaspadai “Indonistan”

Jadi, cerita elite Taliban yang sekarang dianggap mengkhianati klausul/kesepakatan perjanjian damai dengan pemerintah Afghanistan (dan pemerintah AS) bukan hal baru. Cerita pendongkelan/pengambilalihan kekuasaan yang kini Taliban lakukan setelah 20 tahun bergerilya juga bukan cerita baru. Ini hanya kisah lama yang kembali terulang.

Siapapun yang mempelajari sejarah Afghanistan akan tahu negeri di kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan ini diwarnai konflik, perang, dan perebutan kekuasaan bukan hanya dengan kelompok luar (non-Afghanistan), tetapi juga dengan sesama kelompok sosial di Afghanistan.

Aksi saling jegal, saling bunuh, dan saling memerangi antarkelompok, baik kelompok agama, ideologi, etnis, suku, klan, keluarga, maupun daerah (misalnya Afghanistan utara vs selatan) sudah lumrah terjadi. Jauh sebelum munculnya kelompok Islamis di panggung politik Afghanistan, kelompok-kelompok sosial lain sudah saling baku hantam demi kekuasaan.

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari “drama horor” Afghanistan dan rezim militan Taliban? Satu hal yang tak boleh diabaikan: jangan meremehkan dan membiarkan kelompok agama berhaluan radikal-konservatif.

Meski awalnya kelompok ini barang kali hanya bergerak di wilayah non-politik (dakwah-keagamaan, moralitas publik, akidah/teologi, dan sebagainya), jika ada kesempatan, peluang, sokongan, dan dukungan pihak luar, mereka bisa menjelma jadi kelompok militan agama-politik yang kejam, ekstrem, dan radikal dalam menjalankan paham kepolitikan dan keagamaan.

Baca juga : Talibanisasi dan Kontestasi Perempuan

Anggota Taliban mungkin tidak ada di Indonesia. Tetapi umat Islam yang berhaluan, berwawasan, bermental, dan berpola-pikir ala Taliban cukup banyak populasinya. Mereka menyelinap dan tersebar di parpol, ormas, institusi pendidikan, lembaga dakwah, dan bahkan pemerintah.

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat yang peduli dengan masa depan perdamaian, toleransi, dan kebinekaan bangsa dan negara Indonesia perlu waspada dengan gerak-gerik mereka. Aparat hukum dan aparat keamanan juga jangan sampai lengah. Jika tidak hati-hati dan tidak ditangani dengan tegas dan saksama, bukan tidak mungkin, mereka kelak bisa menjelma menjadi “Taliban Indonesia” dan menyulap negara ini menjadi “Indonistan”. ●
SUMANTO AL QURTUBY ;  Pendiri dan Direktur Nusantara Institute; Pengajar King Fahd University of Petroleum & Minerals; dan Kontributor Middle East Institute, Washington DC
Sumber: 
https://www.kompas.id/baca/opini/2021/09/03/taliban-afghanistan-dan-indonesia/
*Arsip.TOPsekali.com*

Jumat, 03 September 2021

What Is Happening In Afganistan Now, Please Read The Above Naration.

"Do not listen to the soup sellers who claims themselves to be experts in geopolitics, and try to make you believe that the Taliban is the horrible Islamic monsters, against which the white American empire fought."

What is happening in Afghanistan, was signed and sealed on February 29, 2020, over a year ago, with the Doha Agreement between the United States and the Taliban.

 The text was then adopted unanimously by the UN.

Today, we see the US administration and allies pretending to be faced with a terrible surprise? The situation is much simpler, everything that is happening now has been negotiated between the United States and the Taliban.

It is literally: the Taliban and the American Minister of Foreign Affairs negotiated to end the Republic and the establishment of the Taliban regime to takeover power in Kabul. This was the whole purpose of the Doha agreement. 

Since the Doha agreement, a year and a half ago, it was already recognized that the Afghan Republic was not intended to last, Americans wrote in black and white that the Taliban would take power. Worse still, in the Doha agreement, it is specified that the Americans will release 5,000 Taliban detainees, in order to let them join the armed forces of the Taliban movement.

The Americans also pledged to lift all sanctions against the Taliban regime in order to allow it to grow and settle without being in an economic catastrophe. The Doha agreement ends with this statement which says: "The USA and the Taliban will seek positive relations with each other".

So no, the Taliban did not in five days, conquer and takeover the cities in Afghanistan by surprise. The Taliban simply applied the terms of the Doha Agreement, created by the US, which the armed forces of the Republic of Afghanistan simply deserted and joined the Taliban, because they have been de facto masters since the Doha Agreement was signed. 

This Doha agreement, led by the US and backed by majority in the UN, have been negotiating with the Taliban movement in Afghanistan, and not with the Afghan Republic government. What is incomprehensible in this story, is this staging of chaos and hasty departure under the effect of surprise, was actually mediated throughout the West.

This Doha Agreement, indeed establishes that the Taliban will allow foreign delegations to leave Afghanistan without danger. Until proof to the contrary, none of the 5,000 employees of the American or other embassy was ever threatened, everything is going exactly as planned.

So in reality, absolutely nothing surprising is happening in Afghanistan, other than what was planned. Do not listen to the Western media, who sells you a Saigon 2.0 to make you cry and make you open the door to migrants.

Do not listen to the soup sellers who claims themselves to be experts in geopolitics, and try to make you believe that the Taliban is the horrible Islamic monsters, against which the white American empire fought.

The actual facts are the Talibans are installed by the US, to whom the Americans have given the keys in the area to counter and hamper the Russian and Chinese.

Arsip.Topsekali.com

Jumat, 27 Agustus 2021

Apakah Anda Mengetahui Kalau Diberi Senjata, FPI Itu Lebih Sadis Dari Taliban, Baca Narasi Berikut ini.

Gambar Ilustrasi saja

"FPI dan Taliban sama sama sama selalu meneriakan penegakan Islam secara kaffah, bercita cita menjadikan negara makmur dinaungi satu pemimpin atau kholifah yang amanah dari kelompok mereka walapun faktanya di lapangan sering kita dapati antara tujuan dan realitas sangat berbeda.",Ken Setiawan

Ken Setiawan: Jika Diberi Senjata, FPI Lebih Sadis Dari Taliban.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan FPI dan Taliban sejatinya akidahnya bagus yaitu ahlusunah waljamaah, tapi karena para pimpinan mereka salah bergaul dan terkontaminasi dengan kelompok salafi wahabi seperti kalau di Indonesia ada HTI dan Ikhwanul Muslimin Indonesia yang akhirnya secara wawasan kebangsaan mereka turut berubah menjadi radikalisme atas nama agama.

Untuk diketahui bahwa fakta hampir semua teroris di Indonesia itu berideologi latar belakang NII dan Salafi Wahabi, Jelas Ken.

Bagi mereka, dalam bernegara harus menggunakan syariat Islam atau hukum Islam. Bila tetap pakai hukum KUHP yang bersumber dari Pancasila maka mereka akan tetap memerangi pemerintahan siapapun presidennya. Jelas Ken.

Apa itu radikalisme atas nama agama ? Menurut Ken, itu merupakan sebuah paham keagaman atau pemikiran orang suatu kelompok yang kecewa terhadap kondisi pemerintah saat saat ini karena menganggap pemerintahan dan produk hukum dianggap tidak berhukum Islam,  dan mereka ingin merubahnya dengan cara yang keras dan drastis tanpa mengikuti prosedur hukum dan konstitusi.

FPI dan Taliban sama sama sama selalu meneriakan penegakan Islam secara kaffah, bercita cita menjadikan negara makmur dinaungi satu pemimpin atau kholifah yang amanah dari kelompok mereka walapun faktanya di lapangan sering kita dapati antara tujuan dan realitas sangat berbeda.

Kedua kelompok ini sama sama menggunakan politisasi agama,  tukang sweping, bedanya taliban sweping pakai senjata langsung eksekusi, kalau FPI sweping dan demo pakai pentungan saja, kalau dipegangin senjata api seperti Taliban, Ken menyebut FPI akan lebih sadis, dan faktanya banyak pengurus dan anggota FPI ditangkap densus 88 dengan tuduhan pasal terorisme.

Politisasi agama yang ketara banget oleh kelompok FPI dan pelindungnya adalah pilgub beberapa dearah di Indonesia, sebagai muslim, Ken merasa malu karena mereka menggunakan cara cara kotor, sampai sampai tempat ibadah dan jenazah pendukung paslon berbeda tidak boleh disholatkan di masjid tertentu, ini sudah kelewatan, Ujar Ken.

Tapi Ken mengpresiasi kebaikan dan kesantunan salah satu pemimpin hasil politisasi agama tersebut, walaupun dengan anggaran trilyunan rupiah tapi tidak pernah pamer hasil dan prestasinya, walaupun kelebihan bayar dan beberapa proyek juga tidak pernah menagihnya, ini kan luar biasa. Kalau jadi Presiden keren kayaknya, karena dilihat dia berambisi jadi Presiden. saya tidak sebut nama loh, Ujar Ken.

Ken mengapresiasi organisasi FPI dan HTI di Indonesia sudah dibubarkan oleh pemerintah, walaupun mereka metamorfosa dengan nama nama organisasi yang baru, paling tidak sudah ada keseriusan dalam menindak ormas radikal yang meresahkan tersebut. Mereka itu ibarat ganti baju, tapi tidak mandi, jadi bau dan keberadaan nya masih ada dan terasa.

Aktor intelektual dibelakang layar dengan istilah 3C yang jelas tidak akan diam membiarkannya. Siapa mereka, cari jawaban sendiri. Tegas Ken.

Menurut Ken, pemerintah perlu membuat regulasi yang melarang dan menindak organisasi atau kelompok pengusung khilafah di Indonesia, Khilafah itu kan sama saja dengan membuat pemerintahan dan pemimpin baru didalam sebuah negara, itu sama saja makar.

Selama ini kelompok pengasong khilafah ini masih bebas menyebarkan pahamnya atas nama demokrasi dan kebebasan berpendapat, ini kelemahannya karena belum ada regulasi yang mengatur tentang pelarangan mereka. Jelas Ken.

NKRI sudah final dengan Pancasila dan keberagaman dalam Bhineka Tunggal Ika, jangan otak atik dan ganti dengan ideologi lain kalau tetap ingin aman, damai dan kondusif. 

Sementara ini menurut Ken, kelompok dan pendukung radikal cenderung aktif dan dapat panggung dimana mana, sementara yang mayoritas moderat nasionalis diam membiarkanya, jika yang waras diam, maka kelompok Taliban Indonesia ini tidak mustahil akan berkuasa. Tutup Ken.

Source : https://kontraradikal.com/2021/08/23/ken-setiawan-jika-diberi-senjata-fpi-lebih-sadis-dari-taliban/
Arsip.Topsekali.com

Jumat, 16 Juli 2021

Khilafahisme Ambyar Pancasila Menggelegar, Dengarkan Agar Rakyat Indonesia Sadar

Khilafahisme Ambyar Pancasila Menggelegar, 
Dengarkan Agar Rakyat Indonesia Sadar 
ARSIP.TOPsekali.com
KHILAFAHISME AMBYAR PANCASILA MENGGELEGAR
Khilafah sebagai sistem ideologi sebenarnya tidak pernah eksis dalam sejarah. Para pemimpin negara Islam yang menyebut diri khalifah pun sebenarnya tidak lebih dari raja-raja yang menjalankan sistem monarkhi (al-mamlakah).
Di negara-negara teokrasi yang didasarkan atas agama, tak ada jaminan kebebasan beragama. Selalu ada "agama-agama kelas dua" yang disubordinasi di bawah Islam. Kalaupun ada praktek toleransi, itu tergantung siapa khalifah  yang berkuasa. Ada khalifah yang toleran, tetapi banyak pula yang fanatik buta, bahkan ada yang dijuluki si gila. Terlalu banyak bukti sejarah yang menyaksikan hal itu.
Sebaliknya, Pancasila sudah teruji sesuai dengan realitas masyarakat kita yang majemuk, yang ratusan tahun merayakan "Bhinneka Tunggal Ika" 
(Berbeda-beda tetapi satu). (By Bambang Noorsena).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India