Senin, 04 Oktober 2021

Teriak “KAFIR”

 .https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10158022020127280&id=651207279

Teriak “KAFIR”

Siang ini saya mengalami sebuah peristiwa yg cukup menguras emosi, dan jujur peristiwa ini membuat saya sangat sedih terhadap kondisi Negara ini. Betapa keracunan agama itu sudah merusak semua lapisan masyarakat kita.

Jadi tadi siang saya ke ATM, dan ATM ini terletak didalam sebuah apotik. Saat saya masuk ke dalam apotik, ada dua bapak2 sedang beli obat. Lalu ada seorang ibu, dan anaknya duduk dikursi tunggu lengkap dgn atribut keagamaan mereka.

Dimesin ATM hanya ada satu bapak saja sedang antri menarik uang, dan saya berdiri tepat dibelakang bapak tsb. Saat saya berdiri, si ibu ini langsung suruh anaknya berdiri juga dan ambil uang buru2. Saya tidak memberikan kesempatan kepada anak perempuannya, yg kurang lebih mungkin duduk dibangku SMP. Saya bilang “kamu dr tadi ga antri, kok giliran orang antri main mau masuk aja narik uang?”

Ibu nya teriak “iya anak saya duluan! Kita dr tadi disini! “ Saya bilang ke dia, kalo mau narik uang berdiri antri dibarisan antrian bukan duduk santai terus seakan ATM milik sendiri main mau narik uang. Saya tidak memberikan kesempatan pd anaknya, saya tdk mau membiasakan menolerin hal yg salah. Dan tindakan saya dibenarkan oleh dua orang bapak yg sedang beli obat. Mendengar statement kedua bapak tsb, si ibu ternyata kepanasan terus dia bilang ke anaknya “ yang waras ngalah aja dek, uda kamu duduk tar berdiri terus kurus!”

Saya bilang ke dia “yang ga waras kamu, emang ada saham bapak mu di ATM ini? Maksudmu apa ngomong gitu?” Dia ga ngejawab, dan main keluar ke parkiran.

Selesai saya narik uang, saya dan kedua bapak tersebut keluar. Saat saya keluar, si ibu ini ngeludah dan ngomong ke saya “dasar kafir sejenis Ahok! Kafir jahanam numpang hidup di Indonesia! Najis sama kamu tuh!” Lalu dia mau buru2 berlalu masuk ke dalam lagi. Saya langsung tarik bajunya, dan saya cengkram kuat2 lalu saya tanya “ siapa yg kafir? Coba ulang lagi! (Saya keluarin hp saya utk ngerekam), coba sekali lagi diulang! Siapa yg kafir? Siapa yg numpang hidup gratis di Indonesia? Ngomong sekali lagi biar viral, dan sekalian saya antar kamu ke polsek or polres terdekat!”

Dia kaget, langsung kediam dan pucat. Kedua bapak tadi bilang ke saya “tampar mbak, injak mulutnya! Dia pikir semua minoritas bisa diinjak apa? Seakan krn uda berhasil menjarain Ahok, semua bisa diperlakukan semau mereka!” Dan seorang bapak yg menggunakan peci bilang “kamu buat malu aja teriak2 kafir! Uda salah ga ngantri malah mau nyerang orang! Tampar aja mbak.”

Ga ada satu orang pun yg bela dia, saya malah suruh dia telp suaminya dan datang ke tempat itu. Kunci motornya saya cabut , dan saya kantongin. Dia makin ketakutan, dan gemetaran. Bahkan satpam, dan tukang parkir mulai ngumpul dan salahin dia. Anaknya mulai nangis minta tolong, dan minta maaf ke saya agar mama nya dilepaskan. Semua yg kumpul suruh saya bawa dia ke kantor polisi, dan mereka siap jadi saksi. Bayangkan betapa mungkin orang2 itu pun uda muak ngadapin manusia model ibu ini.

Saya bilang ke dia , sambil tunjukin KTP saya dan NPWP saya. Saya bilang “ ini KTP saya, dan ini NPWP saya dimana saya ga pernah telat bayar pajak sekali pun tinggal ditanah kelahiran saya ini! Saya ga lagi numpang tinggal gratis! Saya lahir dan besar di Indonesia. Dan sangat mencintai Negara ini! Kamu lah kadal gurun yg numpang tinggal di Negara ini, dengan tujuan merusak tenun toleransi di Negara ini! Sekarang tiarap, dan jilat ludah yg tadi kamu buang seenakmu. Dan setelah itu kita ke polisi, saya akan ajarkan kamu cara antri dan berkata2 yg baik nanti dihadapan polisi!”

Si ibu yg bacotnya kurang ajar ini, ternyata nyalinya ciut. Dia mulai nangis , dan memohon2 ke saya utk memaafkannya dan mengaku khilaf. Anaknya sampai megang2 kaki saya minta maaf, dan mengakui mamanya salah. Sementara orang sekitar tetap teriak, ada yg suruh saya nampar, tabok, bawa ke polisi, dll. Kak Mindo Carlo Sopar Pasaribu aja yg saya ceritain gemes, dia bilang harusnya tampar sekali biar buat pelajaran. Disaat itu juga datang kepala security setempat, beliau menegur si ibu keras utk kesalahannya dan menanyakan ke saya “kakak kau gimana? Mau ke polisi aja? Kalo y, kita siapkan mobil antar beserta para saksi kak.”

Mendengar penjelasan itu si ibu, dan anak makin jejeritan ketakutan dan minta maaf. Saya akhirnya memutuskan memaafkan krn kasihan sama anaknya, dan saya kasih briefing tegas banget ke dia utk sikap dan kata2nya. Saya bilang ke anaknya , “kalo ibu mu ga bisa mendidik kamu , kamu yg didik dia gimana cara bicara yg sopan dan antri yg benar. Tunjukkan bahwa seragam sekolah yg kamu pakai ga sia2, setidaknya bisa mengedukasi ibu yg bodoh ini ya dek! “

Si anak meluk saya sambil nangis kencang, dan berterima kasih memaafkan ibu nya. Jujur saya kasihan sama anaknya, bayangkan kalo ada 10 ibu kayak gini dengan masing2 punya 2 anak , kemungkinan besar menciptakan 20 anak serupa yg akhirnya jadi racun dimasyarakat. Miris, dan menyedihkan sekali. Ditengah lagi sakit, nemu ibu model begini asli berasa makin sesak nafas saya.

Saya putar otak dr tadi siang, mikir keras gimana caranya nolong generasi muda bangsa ini dr para racun seperti ibu tadi. Begitu mudah teriak kafir, dan meludahi orang. Merasa semua minoritas bisa dikriminalisasi semau mereka. Saya berharap bangsa ini benar2 mengalami revolusi mental, dan hal2 seperti ini bisa jadi perhatian khusus utk dibenahi oleh kita semua.

(Kennedy Jennifer Dhillon)

0 Comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India