Tidak hanya Orang Asli Papua yang bermimpi, rindu dan berharap sekali, bahwa mereka bisa hidup dengan damai dan dengan cara manusiawi, bermartabat, dihargai di Tanah mereka, yaitu di seantero Tanah Papua. Ya, para pendatang yang sudah lama hidup di Papua pun bermimpi, rindu dan berharap demikian. Bahkan warga masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang cinta hidup damai, manusiawi, bermartabat dan dihargai, yang sering mendengar, mengikuti kabar berita tentang apa yang sudah, sedang dan bakal terjadi di Tanah Papua. Apalagi mereka yang paham benar apa yang sebenarnya terjadi di Papua.
Pertanyaannya lalu, apakah mimpi, kerinduan, harapan itu hanya sebuah ilusi saja yang non-sense terjadi dan realistis atau benar-benar akan terjadi dan menjadi realitas kehidupan manusia-manusia Papua yang hidup di Tanah Papua dan dimana pun di Indonesia. Artinya, selain hak-hak mereka atas kehidupan yang layak, bermartabat, dihargai, dengan pendidikan yang layak, baik; juga kesehatan yang sungguh-sungguh sehat lahir dan batin (bukan hanya bebas dari stunting, kurang gizi) tetapi juga bebas dari stigma apapun dalam kehidupan bersama di masyarakat. Termasuk, lingkungan hidup, alam mereka : hutan, air, laut bebas dari perampokan tangan, otak dan kepentingan yang serakah dan membuat terjadinya kerusakan alam yang mematikan kehidupan manusia di Tanah Papua. Apalagi bagi orang Papua yang dari sononya kehidupan mereka sangat dekat dengan alam, bahkan secara spiritualitas kehidupan mereka bermakna karena dekat dan saling menghidupkan dengan alam.
Tentu, sebagai orang-orang yang percaya kepada Sang Pencipta, Sang Pembawa Damai, optimisme serta harapan untuk Papua Damai tetap merupakan harapan. Satu-satunya syarat yang paling masuk diakal adalah, bila Pemerintah, bersama seluruh aparat keamanan, sungguh-sungguh bersedia mempraktekkan pendekatan dialog, bukan pendekatan keamanan yang penuh dengan kekerasan dan memancing sikap "balas-membalas" yang mudah dipelintir oleh media.
Apapun alasannya, pendekatan keamanan akan sama sekali tidak bakal memberi jalan keluar yang baik, sehat, positif dan masuk diakal, yang mengarah kepada kehidupan bersama yang saling menghidupkan, bermartabat, etis dan bermoral, saling menghargai, termasuk antara masyarakat sipil dan aparat keamanan. Pendekatan keamanan hanya akan mempertontonkan kekuasaan yang mematikan seluruh jenis dan bentuk kehidupan yang bermartabat dan manusiawi, termasuk kehidupan yang berpihak kepada alam lingkungan yang sehat. Bukankah pendekatan keamanan sangat jelas melegitimasi kekerasan dan mematikan segala bentuk logika sehat dan hati nurani? Sudah sangat banyak Orang Asli Papua, juga warga pendatang yang sudah lama hidup di Papua, bahkan Warga Negara Indonesia dari daerah-daerah lain berdoa dan berharap Papua menjadi Tanah Damai dengan Orang Asli Papua yang bisa hidup bermartabat dan damai di Tanah mereka.
Yang soal sekarang adalah,tidak hanya soal pendekatan keamanan, tetapi juga program yang sedang dicanangkan oleh pemerintah dengan pengerahan tenaga-tenaga TNI, yaitu transmigrasi, perluasan wilayah untuk pengembangan produksi pangan, dan lain sebagainya. Bukankah semua itu sama sekali tidak berimbang dengan upaya memperkuat, meningkatkan harkat hidup serta martabat Orang Asli Papua yang berpendidikan, yang sehat lahir dan batin, yang kritis dan berpihak kepada keadilan dan kebenaran demi kehidupan orang asli Papua, bebas dari intimidasi dan stigmatisasi, Orang Asli Papua yang masih bisa makan sagu secara turun-temurun bukan beras?
Untuk membicarakan hal-hal ini, mari bergabung bersama narasumber kita, Frederika Korain, seorang advokat hak asasi manusia dari Papua, anggota KPKC Keuskupan Jayapura untuk berdialog dan berdiskusi, membangun kerja sama demi Papua yang Damai: bermartabat, manusiawi dan lingkungan alam, hutan yang sehat dan bersahabat dengan kehidupan yang saling menghidupkan.
🗓️ : Selasa, 19 November 2024
⏰ : 14:00 s.d 16:00 WIB
📍: Kantor Institut DIAN/Interfidei (Jl. Banteng Utama, No. 59, Perum Banteng Baru, Sleman, DIY).
Disiapkan juga secara hybrid melalui:
Meeting ID: 851 0783 7012
Passcode: damai
Kegiatan ini terbuka untuk umum. Yuk konfirmasi kehadiran ke WhatsApp Interfidei di: +62823-2203-8576. Sampai jumpa!!
0 Comments:
Posting Komentar