*Dibalik Cerita Polisi Jujur yg Ditembak Polisi Jahat*
Oleh : Tere Liye
*"NEGERI PARA BEDEBAH"*
Saya jijik sekali baca berita ini. Muak !!!
Bukan jijik kepada keluarga korban *Polisi Baik* yang ditembak (Riyanto Ulil). Melainkan jijik ke Para Pemangku Jabatan di Negeri ini.
Wahai Para Pemangku Jabatan yg Terhormat ! Kalian lihat cerita ini. AKP Ryanto Ulil, *Polisi baik* yg ditembak *Polisi Jahat* (Dadang Iskandar), tiga bulan lalu pernah menelepon ibunya, Ibu Christina. Dia bertanya, apakah Ibu-nya mengizinkan jika dia keluar dari polisi.
Wahai pemimpin2 di negeri ini, kalian bayangkan pergulatan bathin Ryanto Ulil ini. Dia tidak kuat lagi di sana. Menyaksikan polisi2 lain yang kotor, melindungi penjahat, bekerjasama dalam kejahatan. Ryanto Ulil ingin keluar.
Sekarang, setelah Ryanto Ulil ditembak mati oleh polisi lain, kamu bayangkan suasana sedih keluarganya! Apa coba perasaan Ibunya yang tidak mengizinkan anaknya keluar? Anaknya mati sekarang.
Ujung ke ujung, hal2 begini dipertontonkan. Di sekolah, guru2 idealis hanya bisa mengurut dada menyaksikan proyek2 korup kepsek, guru2 lain, suap menyuap masuk sekolah, contek menyontek. Di kantor polisi, polisi2 yg berusaha lurus harus makan hati tiap hari melihat teman2nya yg malah jadi penjahatnya. Jaksa2, hakim2 yg masih punya nurani, juga dipaksa melihat rekan2nya sendiri main mata dgn tersangka. Bergelimang harta entah dari mana.
Di kantor2 pajak, perizinan, BPN, dll, masih banyak pegawai2 yg jujur, harus tutup mata, tutup telinga melihat atasan, teman2 kantornya korup, suap, dll.
Dan kamu, wahai pemimpin2 negeri, kamu kemana saja? Kamu cuma ngoceh sok mau memberantas korupsi, sementara kamu dikelilingi orang2 jahatnya?
Itu semua tanggungjawabmu kelak. Dalam kasus polisi mati ini, kalian pemimpin2 polisi, mulai dari atasan langsung Ryanto Ulil, kapolda, kapolri, sorry, hisab kalian kelak di akherat tdk akan mudah. Dan itu akherat! Elu kagak bisa pakai Paman, Ordal, nyuap, dll.
Terakhir, wahai Ibu Christina, Ibunda Ryanto Ulil, anak Ibu memang mati. Tapi dia mati atas prinsip2 yg dipegangnya. Anak Ibu memang mati. Tapi dia mati dalam proses berusaha menjadi orang baiknya. Jadi Ibu tdk usah sedih. Itu sungguh sebuah kehormatan, menjadi Ibu seorang polisi, penegak hukum yg sungguh2 berusaha lurus.
*Tere Liye*
0 Comments:
Posting Komentar