**Hubungan Hidup Selibat dengan Kerasulan Kitab Suci Menurut Alkitab**
Oleh J.Marsello Ginting
Hidup selibat, atau hidup tanpa menikah, memiliki hubungan yang mendalam dengan kerasulan dalam Kitab Suci. Dalam 1 Korintus 7:32-35, Rasul Paulus mengungkapkan pandangannya tentang hidup selibat: "Aku ingin supaya kamu tidak kuatir. Orang yang tidak beristri memikirkan perkara-perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Dan orang yang beristri memikirkan perkara-perkara dunia, bagaimana ia dapat menyenangkan istrinya."
Paulus menekankan bahwa hidup selibat memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada pelayanan kepada Tuhan. Tanpa tanggung jawab keluarga, seorang rasul atau pelayan Tuhan dapat mencurahkan seluruh waktunya untuk pekerjaan Tuhan dan memperluas Kerajaan-Nya. Paulus sendiri adalah contoh hidup selibat yang efektif dalam kerasulan, mempersembahkan seluruh hidupnya untuk menyebarkan Injil dan mendirikan gereja-gereja di berbagai wilayah.
Yesus juga menyinggung tentang hidup selibat dalam Matius 19:12, "Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibu, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." Ayat ini menunjukkan bahwa hidup selibat dapat dipilih demi Kerajaan Allah, sebagai bentuk pengabdian yang khusus.
Namun, Alkitab juga menegaskan bahwa selibat bukanlah satu-satunya jalan untuk melayani Tuhan. Pernikahan juga diberkati dan diatur oleh Tuhan, seperti yang terlihat dalam Kejadian 2:24, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Baik pernikahan maupun selibat adalah panggilan yang mulia, tergantung pada bagaimana seseorang dipanggil oleh Tuhan.
Kehidupan selibat memerlukan komitmen dan kedisiplinan yang tinggi, tetapi juga menawarkan kebebasan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada pelayanan Tuhan. Dalam 1 Korintus 7:7, Paulus mengatakan, "Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu." Hidup selibat, seperti karunia lainnya, adalah pemberian dari Allah dan harus digunakan untuk memuliakan-Nya.
Dengan demikian, hubungan hidup selibat dengan kerasulan dalam Kitab Suci menekankan bahwa pilihan untuk hidup tanpa menikah bisa menjadi sarana untuk pelayanan yang lebih intensif dan tak terbagi kepada Tuhan, meskipun baik selibat maupun pernikahan memiliki tempat dan tujuan yang penting dalam rencana Allah.
0 Comments:
Posting Komentar