DALAM bayangan anak-anaknya, pria itu bertubuh tinggi, tegap, berkulit gelap, dan kerap memakai blangkon. Sosok yang disiplin, mencintai buku, dan gemar bermain bola. Dia Sosro Hartono, pedagang batik tulis asal Solo keturunan bangsawan.Menikah dengan Masalmah, anak Raden Marjono, anemer dari Jember, Jawa Timur, Sosro memiliki tiga anak: Njoto, Sri Windarti, dan Iramani. Njoto lahir pada 1927, dua tahun lebih tua daripada Windarti dan 18 tahun lebih tua daripada Iramani.Sosro mendidik anaknya dengan keras, tegas, dan disiplin. Adapun Masalmah santun, dengan tutur kata halus. "Tapi Bapak tak pernah main pukul," kata Windarti.Setelah menikah, Sosro menyewa bangunan dari pedagang Cina di Bondowoso. Ia mendirikan toko batik Solo dan jamu Jawa. Sosro memberi nama toko itu Yosobusono, artinya membuat...
Selasa, 06 Oktober 2009
Saat Lek Njot Bersepatu Roda
TUJUH puluh tahun silam. Njoto kecil terpesona pada sepatu roda, mainan yang tergolong mewah waktu itu, apalagi di Jember, kota kecil di ujung Jawa Timur. "Kulo nyuwun dipundhutke sepatu roda," kira kira begitu permintaan Njoto kepada ibunya, Masalmah. Sengaja si bocah tak mengajukan permintaan kepada ayahanda, Raden Sosro Hartono, seorang keturunan ningrat Solo yang disegani karena perbawanya. Njoto memang lebih dekat kepada sang ibu.Saat itu sebenarnya Njoto punya sepeda baru, hadiah dari bapaknya. Dengan sepeda itu bocah lanang semata wayang dari tiga bersaudara ini saban pagi berangkat ke sekolah, HIS (Hollands Inlandsche School, setaraf sekolah dasar) di Jember. Tapi mengayuh sepeda saja belum cukup. Ingin benar Njoto kecil menjelajahi jalanan Jember dengan sepatu ajaib beroda yang mungkin...
Peniup Saksofon di Tengah Prahara

IA berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis dan piawai bermain biola dan saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu �pro-rakyat� dan menggelorakan �semangat perjuangan�. Ia menghapus The Old Man and the Sea�film yang diangkat dari novel Ernest Hemingway�dari daftar film Barat yang diharamkan Partai Komunis Indonesia. Ia menghayati Marxisme dan Leninisme, tapi tak menganggap yang �kapitalis� harus selalu dimusuhi.Ia adalah Njoto�yang namanya nyaris tak menyimpan pesona. Ia sisi lain dari sejarah Gerakan 30 September 1965. Kecuali buku-buku Orde Baru yang menyebut semua anggota PKI terlibat...
Selasa, 10 Maret 2009
Sutan Sjahrir: Sebuah Kekecualian Zaman
Oleh: MUHAMMAD CHATIB BASRISUTAN Sjahrir seperti sebuah kekecualian bagi zamannya. Mungkin ia terlalu di depan bagi masanya. Ketika nasionalisme adalah tungku yang memanggang anak-anak muda dalam elan kemerdekaan, Sjahrir justru datang dengan sesuatu yang mendinginkan. Bagi Sjahrir, kemerdekaan nasional tidak final. Tujuan akhir dari perjuangan politiknya adalah terbukanya ruang bagi rakyat untuk merealisasi dirinya, untuk memunculkan bakatnya dalam kebebasan. Tanpa halangan. Bagi Sjahrir, kemerdekaan adalah sebuah jalan menuju cita-cita itu. Itu sebabnya Sjahrir menganggap nasionalisme harus tunduk kepada kepentingan demokrasi.Saya sulit membayangkan, di satu masa ketika nasionalisme begitu berapi-api, ketika kemerdekaan seperti menjadi obsesi dan tujuan akhir bangsa, Sjahrir justru berbicara...
Mencari Ahli Waris Ideologis Sjahrir
Oleh: VEDI R. HADIZDALAM sejarah Indonesia, Sutan Sjahrir adalah eksponen utama garis ideologis yang dapat disebut perpaduan antara tradisi sosial demokrasi dan liberalisme. Sebagai sosial demokrat, ia merupakan tokoh gerakan buruh yang andal pada 1930-an, dan menaruh perhatian amat besar terhadap masalah pendidikan rakyat. Liberalismenya terlihat antara lain dalam perhatiannya yang besar pula terhadap masalah perlindungan hak-hak individu dari tirani negara. Tak mengherankan bila ia menjadi musuh besar fasisme, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.Tidaklah mengejutkan bahwa ideologi yang diperjuangkan Sutan Sjahrir mengalami rintangan pada masa Demokrasi Terpimpin maupun Orde Baru yang otoriter. Tetapi, Indonesia sekarang adalah negara demokrasi, bahkan negara demokrasi yang paling...
Sutan Sjahrir: Titian Sosialisme ke Demokrasi
Oleh: IGNAS KLEDENPEMIKIRAN politik kiri, yaitu filsafat politik yang menekankan persamaan dan keadilan, merupakan semangat zaman sekaligus intellectual fashion tempat hampir semua pendiri Republik Indonesia bertumbuh dan menjadi matang. Soekarno terpukau pada teori imperialisme Lenin, Hatta mempelajari ekonomi sosialis negara-negara Skandinavia dan memperjuangkan koperasi sebagai perwujudan ekonomi kerakyatan, Tan Malaka mencoba menerjemahkan sosialisme ilmiah ke dalam teori Madilog sebagai epistemologi materialis untuk mengikis alam pikiran mistis dan takhayul, sedangkan Sjahrir memperkenalkan dan mendirikan partai politik dengan asas sosial-demokrasi.Dalam sejarah sosialisme di Barat�sebagaimana dijelaskan Sjahrir �konsep sosial-demokrasi muncul pertama kali di kalangan kaum sosialis Jerman...
Sjahrir dalam Renungan Dua Jilid
Oleh: DANIEL DHAKIDAEMENGENANG Sutan Sjahrir menempatkan siapa pun jauh-jauh dari suasana selebrasi bagi salah seorang tokoh utama revolusi Indonesia. Mengenang Hatta adalah perayaan, untuk tidak mengulang super-selebrasi dalam hal Soekarno. Mengenang Sjahrir adalah merenungi keterasingan dan pengasingan sebegitu rupa sehingga terpaksa dilakukan sesuatu yang, pada dasarnya, memalukan untuk �memperkenalkan kembali� siapa Sutan Sjahrir.Sjahrir, Ilmu, dan Pembudakan IlmuwanSjahrir adalah a man of paradox dalam berbagai arti. Tubuhnya kecil dengan tinggi tidak mencapai satu setengah meter, 145 sentimeter, dan berat badan hanya 45,5 kilogram. Namun di sana tersimpan energi dahsyat. Inteligensinya mengagumkan.Namun�atau sebenarnya justru karena�inteligensinya yang besar itu dia meninggalkan studinya...
Kerja Sama Singkat Tan Malaka dan Sjahrir
Oleh: HARRY POEZESJAHRIR adalah satu dari Tujuh Begawan Revolusi Indonesia. Ketujuh orang ini�Soekarno, Hatta, Sjahrir, Amir Sjarifoeddin, Tan Malaka, Sudirman, dan A.H. Nasution�dalam kadar berbeda menentukan arah dan produk revolusi. Republik Indonesia pada zaman revolusi, dengan demikian, bukan merupakan akibat dari proses sosial yang impersonal dan tak terhentikan, melainkan hasil interaksi ribuan orang dan organisasi, kelompok angkatan bersenjata dan badan perjuangan, politikus nasional dan lokal, idealisme dan oportunisme, patriotisme dan banditisme, pahlawan dan pengecut. Semua ingar-bingar itu berakhir dengan ajaib: pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949.Ketujuh pemimpin ini dengan caranya masing-masing berkontribusi bagi jalannya revolusi. Setelah revolusi,...
Sjahrir di Pantai
Oleh: GOENAWAN MOHAMADSAYA bayangkan Sjahrir di Banda Neira pagi itu, 1 Februari 1942. Kemarin tentara Jepang menyerbu Ambon. Beberapa jam sesudah itu bom meledak.Saya bayangkan pagi itu, setelah sebuah pesawat MLD-Catalina berputar-putar di sekitar pulau. Berisiknya membangunkan penduduk, sebelum ia berhenti di pantai yang tenang. Ko-pilot pesawat, seorang opsir Belanda, turun dan menuju ke tempat Sjahrir dan Hatta tinggal. Kedua tahanan politik itu harus meninggalkan pulau cepat-cepat, pesannya. Hanya ada sekitar waktu satu jam untuk bersiap.Hatta mengepak buku-bukunya, tergopoh-gopoh, ke dalam 16 kotak. Sjahrir memutuskan untuk membawa ketiga anak angkatnya, meskipun salah satunya masih berumur tiga tahun.Sesampai di tempat pesawat, ada problem: ruang di Catalina itu terbatas. Para penumpang...
Sjahrir Adalah...
ROSIHAN ANWARPeriang dan Nggak �Cetek�Bagi Rosihan Anwar, 87 tahun, Sutan Sjahrir bukan orang kaku. �Tiap saya ketemu dia, kami suka bercanda. Tapi tidak berarti dia cetek (ilmunya),� kata wartawan senior ini. Buktinya, Sjahrir sudah mengetahui lebih dulu akan ada perang dingin antara Blok Barat dan Timur pada pertengahan 1940-an, mendahului pengetahuan pemimpin Indonesia lainnya. �Tapi dia juga sosok yang ditakuti (pemerintah kolonial Belanda),� kata pendiri Persatuan Wartawan Indonesia itu.Menurut penerima gelar Doctor Honoris Causa dari Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini, mestinya generasi muda sekarang membaca, mempelajari, dan menerapkan ide-ide brilian Sjahrir. Yakni, gagasan yang melahirkan demokrasi, ekonomi kerakyatan, kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan.Bagi...
Foto Tua di Garasi Mursia
Sempat tinggal di rumahnya, Mursia bertekad meneruskan semangat Sjahrir: membangun koperasi.ORANG memanggilnya Eyang Zaafril. Kini 84 tahun, Mursia Zaafril Ilyas memang orang lama. Halaman rumahnya di Jalan Tenes, Bareng, Malang, Jawa Timur, kerap menjadi tempat parkir gerobak pedagang keliling.Lebih dari 60 tahun lalu, Mursia tinggal di rumah Sjahrir. Ia masih ingat detail kenangannya bersama pendiri Partai Sosialis Indonesia itu. Ia bertemu pertama kali dengan Bung Kecil pada 1942 di Surabaya, ketika menghadiri diskusi pemuda. Wiyono, gurunya di Taman Siswa Yogyakarta, yang mengenalkan mereka.�Saya terkesan dengan pidato-pidatonya yang membakar semangat,� katanya ketika ditemui di rumahnya, tiga pekan lalu. �Ia mengatakan: apa arti hidup seseorang dibanding nasib jutaan manusia yang telantar...
Pintu Tertutup untuk PSI

Ketika Soeharto berkuasa, tumbuh harapan kaum pluralis modern untuk membangkitkan PSI. Peristiwa Malari membuyarkan impian itu.IBU Kota membara pada 15 Januari 1974. Sebanyak 11 orang tewas, 300 luka-luka, 775 ditahan. Ratusan gedung dan kendaraan dibakar�kerusuhan terburuk sejak Presiden Soekarno jatuh.Pemerintah Orde Baru, melalui Opsus�Operasi Khusus, badan yang dipimpin Ali Moertopo�menuding eksponen Partai Sosialis Indonesia ada di balik aksi itu. Teori yang dimunculkan adalah �konspirasi PSI�.Beberapa tokoh PSI atau yang �berbau PSI� pun diciduk. Sarbini Sumawinata, Soebadio Sastrosatomo, Hariman Siregar, Sjahrir, dan Rahman Tolleng termasuk...
Setelah Sibi Tiada

Poppy Sjahrir membesarkan dua anaknya dalam kesederhanaan. Sempat larut dalam kesedihan.BANDAR Udara Kemayoran, Jakarta Pusat, 17 April 1966. Jenazah bekas perdana menteri Sjahrir, yang baru datang dari Zurich, Swiss, disambut masyarakat dengan gempita. �Pake diupacarain. Kami harus sering berdiri memberi hormat,� kata Siti Rabyah Parvati, kini 48 tahun, putri bungsu Sjahrir, mengenang. Keesokan harinya, Sjahrir dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Bekas Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rosihan Anwar mencatat setidaknya 250 ribu orang mengikuti prosesi pemakaman itu.Penghormatan itu bertolak belakang dengan suasana ketika Sjahrir berangkat...